Deritanya Mencari Rizki Halal di Tengah Monetisasi Blog yang Serba Dilema

    Hari ini, aku kembali menatap layar laptop dengan perasaan campur aduk. Sudah 2 minggu ini aku bolak-balik membuka dashboard publishers affiliate Iklan, melihat angka pendapatan yang bergerak secara perlahan (bukan iklan adsense, karena adsense aku untuk pendaftaran pertama ditolak. Ini sekarang menunggu konfirmasi kedua dari adsense). Justru, yang bikin aku nggak tenang adalah deretan iklan yang muncul di blog. Judi online, aplikasi kencan, taruhan bola semuanya berjejal di post dan header. Aku tahu, ini sumber pendapatan, tapi di saat yang sama, aku merasa seperti menjual prinsip.

    Awalnya, ngeblog adalah selingan (Sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh dan stress disaat bekerja). Aku ingin berbagi tulisan yang sekiranya bermanfaat walaupun kebanyak hasil AI hehehe….dari artikel campuran sampai postingan technology ( Untuk judul artikel saya dapatkan secara spontanitas). Tapi, seperti banyak blogger pemula, aku juga butuh uang. “Monetisasi blog itu mudah,” kata banyak para blogger yang mengaku pro di internet ( cukup indah didengar, kenyataannya HOAX). Cukup daftar program iklan ini dan itu, pasang kode, lalu tunggu dolar mengalir. Ternyata, nggak sesederhana itu.

    Hosting Murah Berkualitas,Harga Mulai Dari Rp5.000-anPromo Domain Rp10.000-an Hanya Ada Disini
    Aku Telah Mencoba Semua WordPress SEO Plugins, dan Ini yang Paling Bagus!Lihat Bagaimana WordPress Cache Plugins Ini Dapat Meningkatkan kecepatan Website Kamu Secara Instan!

    Ada salah satu layanan publisher iklan yang katanya OK punya ( CPM tinggi, yang jelas bukan ADSENSE ya. Menurut aku adsense bagus dan ketat untuk iklan yang di tampilkan), aku sempat senang. Akhirnya, ada harapan bisa dapat penghasilan dari menulis. Tapi, euforia itu cepat pudar. Iklan pertama yang muncul adalah promo situs judi dengan gambar kartu remi dan chip. Aku kaget. “Ini halal nggak, ya?” batinku langsung bertanya. Aku coba cari opsi untuk memfilter iklan tidak pantas, namun tidak bisa karena layanan iklan tersebut tidak ada menu filter iklan… aduh kacau. Iklan judi dan aplikasi kencan tetap dominan. Bahkan, kadang lebih banyak klik yang masuk ke sana daripada iklan produk lain.

    Aku terjebak dalam dilema. Di satu sisi, aku butuh uang. Bayar hosting blog, biaya internet, atau sekadar beli kopi buat nongkrong di depan laptop sambil nulis, semua itu butuh duit. Tapi di sisi lain, aku nggak mau jadi bagian dari promosi yang merusak. Bagaimana kalau ada pembaca yang tergiur iklan judi itu, lalu terjerat utang? Atau ada anak di bawah umur yang mengakses aplikasi kencan karena tertarik iklan di blogku? Rasanya, tanggung jawab moral ini memberatkan.

    Beberapa teman bilang, “Santai aja, yang penting kan niatmu baik. Uangnya bisa disedekahkan, bahkan ada yang mengatakan; uang itu tidak ada label haram atau halalnya.” Tapi, bukankah mencari yang halal itu kewajiban? Dalam hadis, Rasulullah bersabda, “Setiap daging yang tumbuh dari (makanan) haram, maka neraka lebih pantas baginya.” (HR. Tirmidzi). Aku nggak mau tubuhku, apalagi rezekiku, dibangun dari sumber yang meragukan.

    Aku coba alternatif lain: affiliate marketing. Daftar program penjualan produk plugins wordpress premium/pro, themes dan hosting. Tapi, persaingannya keras. Blogku masih kecil, traffic belum stabil. Perusahaan besar lebih memilih blogger dengan viewer ribuan per hari.

    Yang paling membuat ku merasa iri, kadang aku lihat blogger lain lancar saja monetisasi blognya dengan iklan-iklan “abu-abu”. Traffic mereka tinggi, penghasilan bisa belasan juta per bulan. Aku? Masih stuck di angka receh, sambil terus memilah-milah mana layanan publisher iklan yang bagus (tidak ada iklan ambigu). Rasanya seperti dihukum karena ingin tetap lurus.

    Mungkin ini ujian kesabaran. Tapi, lelahnya mencari jalan tengah antara idealisme dan kebutuhan bikin hati sering bertikai. Apakah aku terlalu kolot? Atau justru ini cara Allah melindungi agar rezekiku tetap bersih? Entahlah. Yang jelas, aku sudah menghapus semua kode iklan itu dan kembali ke nol.

    Tapi, hidup harus terus berjalan. Mungkin, aku harus lebih kreatif: jual produk digital, atau cari donatur yang mendukung konten edukatif. Meski jalannya lebih panjang, setidaknya hati tetap tenang. Seperti kata pepatah, “Rezeki yang halal mungkin datangnya lambat, tapi berkahnya tak terhingga.”

    Untuk sekarang, yang bisa aku lakukan hanyalah berdoa dan terus berusaha. Semoga ada jalan terang bagi siapapun yang sedang berjuang mencari rizki halal di tengah sistem yang serba menguji.

    Leave a Comment